Mengenal Lebih Dekat Wakhid Jumali: Perpaduan Intelektual, Religius, dan Birokrat di Pucuk Pimpinan Banjarnegara

Libur Bulan Ini

  • Loading...
Banner
Mengenal Lebih Dekat Wakhid Jumali: Perpaduan Intelektual, Religius, dan Birokrat di Pucuk Pimpinan Banjarnegara Pasang Disini

Mengenal Lebih Dekat Wakhid Jumali: Perpaduan Intelektual, Religius, dan Birokrat di Pucuk Pimpinan Banjarnegara

Peta politik Kabupaten Banjarnegara memasuki babak baru pasca-pelantikan kepala daerah terpilih pada 20 Februari 2025. Sosok yang mencuri perhatian publik ialah Wakhid Jumali, S.S., M.A., atau yang lebih akrab disapa Gus Wakhid. Resmi menjabat sebagai Wakil Bupati Banjarnegara untuk periode 2025-2030, kehadirannya di lingkaran eksekutif menandai perpaduan unik antara tradisi pesantren, ketajaman intelektual akademisi, dan pengalaman politik yang matang. Didukung oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Gus Wakhid melangkah dari mimbar dakwah, ruang kelas universitas, dan kursi legislatif menuju pusat pemerintahan dengan membawa harapan besar bagi kemajuan masyarakat Banjarnegara.

Lahir di Banjarnegara pada 11 September 1983, perjalanan hidup Gus Wakhid merupakan cerminan dari kaderisasi yang berjalan paralel di tiga pilar utama: pendidikan agama, akademis, dan organisasi. Sebelum terjun ke dunia politik praktis, namanya telah dikenal luas sebagai pengasuh Pondok Pesantren Al Fatah Banjarnegara, sebuah institusi pendidikan Islam yang menjadi episentrum pembinaan karakter dan keilmuan bagi ratusan santri. Peran ini mengukuhkan posisinya sebagai figur ulama muda yang tidak hanya memahami teks keagamaan, tetapi juga realitas sosial di tingkat akar rumput.

Pelantikannya sebagai orang nomor dua di Banjarnegara bukan merupakan sebuah lompatan instan. Ini ialah puncak dari serangkaian pengabdian yang telah teruji, mulai dari keterlibatannya di organisasi kepemudaan Nahdlatul Ulama (NU) hingga perannya sebagai Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jawa Tengah periode 2019-2024. Kombinasi latar belakang ini memberikan warna tersendiri bagi kepemimpinan di Banjarnegara, menawarkan pendekatan yang komprehensif dalam merumuskan kebijakan publik yang menyentuh berbagai lapisan masyarakat.

Akar Pendidikan: Dari Pesantren Lokal Hingga Universitas Al-Azhar

Fondasi keilmuan Wakhid Jumali ditempa melalui jalur pendidikan formal yang terstruktur dan berjenjang. Pendidikan dasarnya dimulai di lingkungan yang sangat ia kenal, yakni Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Fatah Banjarnegara, yang dilanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah (MTs) di lembaga yang sama. Basis pendidikan agama yang kuat sejak dini ini kemudian dilengkapi dengan pendidikan menengah atas di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Banjarnegara, salah satu sekolah unggulan di wilayah tersebut.

Titik balik penting dalam perjalanan intelektualnya terjadi ketika ia memutuskan untuk melanjutkan studi ke luar negeri. Gus Wakhid diterima di Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir, sebuah institusi yang menjadi kiblat studi Islam dunia selama berabad-abad. Di universitas inilah ia tidak hanya memperdalam ilmu-ilmu keislaman klasik, tetapi juga mengasah kemampuannya dalam Bahasa Arab hingga mencapai tingkat penguasaan yang mumpuni.

Pendidikan di Al-Azhar memberinya perspektif global mengenai Islam serta menanamkan pemahaman tentang wasathiyah (moderasi), sebuah nilai yang kelak menjadi ciri khas dalam dakwah dan gerakan sosialnya. Pengalaman berinteraksi dengan mahasiswa dari berbagai negara juga memperluas wawasannya tentang dinamika dunia Islam kontemporer. Pencapaian akademisnya tidak berhenti di situ; ia kemudian meraih gelar Master of Arts (M.A.), yang semakin mengukuhkan kredibilitasnya sebagai seorang akademisi.

Sekembalinya ke tanah air, bekal ilmu yang ia peroleh langsung diabdikan untuk dunia pendidikan. Gus Wakhid memulai karier sebagai dosen Bahasa Arab di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Di lingkungan kampus, ia dikenal sebagai pengajar yang berdedikasi, mampu menyajikan materi yang kompleks dengan metode yang mudah dipahami. Perannya sebagai dosen tidak hanya sebatas transfer ilmu, tetapi juga menjadi jembatan yang menghubungkan tradisi intelektual pesantren dengan diskursus akademik modern di perguruan tinggi.

Rekam Jejak Pengabdian: Dari Pesantren Hingga Parlemen

Sebelum menduduki jabatan sebagai Wakil Bupati, Wakhid Jumali telah menorehkan jejak pengabdian yang panjang di berbagai bidang. Pilar utama pengabdiannya ialah Pondok Pesantren Al Fatah Banjarnegara. Sebagai pengasuh, ia bertanggung jawab penuh atas arah pendidikan dan pembinaan santri. Di bawah kepemimpinannya, pesantren ini terus berkembang, memadukan kurikulum salaf (tradisional) dengan pengajaran ilmu-ilmu modern untuk membekali santri agar mampu menjawab tantangan zaman.

Di ranah politik, kariernya mulai menanjak ketika ia terpilih menjadi anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah dari Fraksi PKB untuk periode 2019-2024. Selama bertugas di parlemen provinsi, Gus Wakhid dikenal sebagai legislator yang vokal dalam menyuarakan aspirasi masyarakat, terutama yang berkaitan dengan sektor pendidikan, keagamaan, dan kesejahteraan sosial. Pengalamannya di legislatif memberinya pemahaman mendalam tentang mekanisme penyusunan anggaran, pembuatan peraturan daerah (Perda), dan fungsi pengawasan terhadap eksekutif. Pengetahuan ini menjadi modal berharga saat ia beralih peran ke lembaga eksekutif.

Kiprahnya sebagai wakil rakyat di tingkat provinsi memberinya pandangan yang lebih luas tentang isu-isu strategis yang dihadapi Jawa Tengah, termasuk bagaimana posisi Banjarnegara dalam konstelasi pembangunan regional. Ia terlibat aktif dalam berbagai pembahasan kebijakan yang berdampak langsung pada alokasi dana bantuan untuk lembaga pendidikan keagamaan, program pemberdayaan masyarakat, serta peningkatan infrastruktur di daerah pemilihannya.

Aktivis Organisasi: Mengakar Kuat di Nahdlatul Ulama

Identitas Wakhid Jumali tidak dapat dipisahkan dari Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di Indonesia. Keterlibatannya di NU bukan sekadar keanggotaan, melainkan sebuah dedikasi yang terwujud dalam berbagai amanah strategis. Ia merupakan figur sentral di Gerakan Pemuda (GP) Ansor, badan otonom pemuda NU.

Puncak kariernya di Ansor tercatat saat ia menjabat sebagai Ketua Pimpinan Cabang (PC) GP Ansor Kabupaten Banjarnegara. Di bawah komandonya, GP Ansor Banjarnegara menjadi salah satu kekuatan sosial yang aktif dalam kegiatan keagamaan, sosial, dan kebangsaan. Program-program kaderisasi berjalan masif, melahirkan ribuan anggota Banser (Barisan Ansor Serbaguna) yang siap menjaga ulama dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Berkat kesuksesannya di tingkat kabupaten, ia kemudian dipercaya untuk mengemban amanah yang lebih tinggi, yakni sebagai Wakil Ketua Pimpinan Wilayah (PW) GP Ansor Jawa Tengah untuk periode 2019-2024. Peran ini menempatkannya sebagai salah satu tokoh pemuda berpengaruh di tingkat provinsi. Selain di Ansor, Gus Wakhid juga pernah menjabat sebagai Ketua PC Lakpesdam (Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia) NU Banjarnegara periode 2014-2019, sebuah lembaga yang fokus pada kerja-kerja intelektual dan pemberdayaan.

Kiprahnya juga tercatat di struktur utama NU, di mana ia menjabat sebagai Wakil Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Banjarnegara periode 2019-2024. Rangkaian jabatan ini menunjukkan tingkat kepercayaan yang tinggi dari para kiai dan warga nahdliyin terhadap kapasitas dan integritasnya. Pengalaman berorganisasi di NU inilah yang membentuk karakter kepemimpinannya yang egaliter, kemampuan manajerial yang andal, serta jaringan yang luas hingga ke tingkat nasional.

Visi Pembangunan Banjarnegara: Menuju Masyarakat Maju dan Agamis

Sebagai Wakil Bupati, Wakhid Jumali kini dihadapkan pada tantangan nyata untuk menerjemahkan visi dan pengalamannya ke dalam kebijakan publik yang konkret. Bersama Bupati, ia mengusung agenda pembangunan yang berfokus pada peningkatan kualitas sumber daya manusia, penguatan ekonomi kerakyatan, serta pemantapan nilai-nilai sosial-keagamaan.

Kabupaten Banjarnegara, dengan potensi agraris yang besar—terutama di dataran tinggi Dieng—serta kekayaan sumber daya alam lainnya, memiliki tantangan tersendiri. Beberapa isu strategis yang menjadi perhatian antara lain stabilitas harga produk pertanian, mitigasi bencana alam seperti tanah longsor, pengembangan sektor pariwisata, serta peningkatan akses dan mutu pendidikan dan kesehatan.

Dengan latar belakangnya, Gus Wakhid diharapkan mampu memberikan kontribusi signifikan dalam beberapa area kunci:

  1. Pendidikan Karakter dan Keagamaan
    Memperkuat sinergi antara pemerintah daerah dengan pondok pesantren, madrasah diniyah, dan lembaga pendidikan Islam lainnya untuk mencetak generasi yang berakhlak mulia dan berdaya saing.
  2. Pemberdayaan Ekonomi Berbasis Komunitas
    Menginisiasi program-program ekonomi kreatif dan kewirausahaan yang menyasar para pemuda dan santri (santripreneur), memanfaatkan jaringannya di tingkat provinsi dan pusat.
  3. Moderasi Beragama dan Kerukunan Sosial
    Mengimplementasikan program deradikalisasi dan penguatan nilai-nilai kebangsaan melalui pendekatan kultural dan keagamaan, bekerja sama dengan ormas seperti NU dan Muhammadiyah.
  4. Tata Kelola Pemerintahan
    Menerapkan prinsip-prinsip pemerintahan yang bersih, transparan, dan akuntabel, berbekal pengalamannya di lembaga legislatif.

Publik menaruh harapan besar pada duet kepemimpinan baru ini. Sosok Wakhid Jumali, yang merepresentasikan kekuatan religius-nasionalis, dipandang sebagai pelengkap ideal bagi kepemimpinan di Banjarnegara. Perjalanannya dari seorang santri, mahasiswa, dosen, aktivis, hingga kini menjadi seorang birokrat, merupakan bukti bahwa pengabdian kepada masyarakat dapat ditempuh melalui berbagai jalur. Kini, panggung pengabdian terbesarnya telah terbentang di Pendopo Dipayudha Adigraha, menanti karya-karya nyata untuk kemajuan "Kota Dawet Ayu".